Free INDONESIA Cursors at www.totallyfreecursors.com

Minggu, 13 Januari 2019

BARENISME LITERER


BARENISME LITERER


Antologi Puisi
disusun guna memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
Pendalaman Sastra Indonesia yang dibina Prof. Dr. Suminto A. Sayuti



oleh:
BAREN BARNABAS, S.Pd.
NIM 08201289004





JURUSAN SERTIFIKASI GURU MELALUI JALUR PENDIDIKAN
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2008







PERKUTUT NGAPUNG
                        Dongeng buat SAS, Guru Besarku

-Aaaakrh….
Perkutut ngapung
Pergi dari kurung
Naik kereta ekonomi
Guyat-geyot gerbongnya lari

-Aaaakrh….
Perkutut ngapung
Tinggalkan anak dan betina tercinta
Menuju Yogya
Menuju kurung di Karang Malang

Ia perkutut untung
Ia dapat beasiswa
Ia punya cita-cita
Jadi perkutut lurah yang agung!

(Satu tahun kemudian)

-Aaaakrh….
Perkutut ngapung
Membawa sertifikat
Hinggap di punggung betinanya
Melepas hasrat….

-Aaaakrh….
+Eeeekrh….
-Weeekrh….

(Empat puluh lima menit kemudian)

Perkutut ngapung
Betul-betul beruntung
Membawa rezeki bergunung-gunung
Membuat gembira penghuni kurung

Perkutut ngapung
Kini jadi perkutut lurah
Cita-cita yang ia tabung
Kini tercapai sudah

Ia makan dengan tenang
Betinanya makan dengan senang
Anak-anaknya makan dengan riang
Keluarganya makan hingga kenyang

-Aaaakrh…., aaaakrh…., aaaakrh….
                                   

Yogyakarta, 15 Oktober 2008






 

SONETA O.D. BUAT SEORANG PROFESOR

Suminto A. Sayuti namamu
Apakah ’A’ di tengah itu Ahmad?
Yang secara etimologi berasal dari Muhammad
Ah, aku ingin melupakan kata-kata Shakespeare yang lucu

Matamu memandang tajam, tapi syahdu
Ucapanmu jelas, tegas, namun jenaka dan agak nekad
Rautmu yang cerah sumringah mengalahkan usiamu yang lebih dari ½ abad
Impian perawan rupawan juga nyonya single parent kualitas nomor satu

Duh, nada dan gaya bicaramu yang menawan
Meresap dan bersemayam dalam semesta jiwa
Umpama oase bagi gersangnya padang ilmu pengetahuan

Seorang profesor dengan filsafat hidup yang sederhana
Alangkah ringan langkahmu berjalan, tiada beban
Sosok ilmuwan sekaligus seniman, serba bisa, dan langka
                                   
Yogyakarta, 16 Oktober 2008





SEBUAH DIARI: CERMIN UNTUK DOSENKU
Lima belas tahun tambah sembilan bulan tambah enam hari jarak usiaku denganmu. Terbit pertanyaan dalam benakku, bisakah nanti aku sepertimu: kaya akan ilmu, kaya akan kalbu?
Tahun  1989 aku pernah kuliah melewati Selat Sunda, menuju Unila, hanya untuk mengejar diploma tiga. Tiga tahun aku di sana, menunggu surat ikatan dinas dari Jakarta yang tak pernah kunjung tiba, entah kenapa.
Tahun 1992 aku pun pulang, menuju kampung halaman yang kusayang, Ciamis yang selalu kukenang. Aku menjadi guru sukarelawan di SMP Gunung Cupu. Honorku sebulan lima belas ribu. Karena nombok, kuharus minta tambahan dari ibu. Tiap bulan selalu begitu. Tiap bulan menahan malu. Tapi, sedikit pun ibu tak pernah menggerutu. Ayah juga mendorongku untuk terus maju.
Tahun 1995 aku diangkat jadi CPNS di SMP Negeri 2 Cikajang Garut. Pikiranku yang asalnya kusut, selalu dihantui masa depan yang semrawut, sampai aku lebih sering cemberut, saat itu aku merasa telah jadi orang yang patut.
Tahun 2000 (orang-orang menyebutnya Abad Millenium). Kupinang kembang sekuntum. Begitu elok, mekar, dan bermahkota ranum. Hmm, bunga yang harum. Tiada bosan kucium kukulum. Hingga 1 dan 4 tahun kemudian, kudapatkan dua buah hati yang membuatku lebih tersenyum.
Tahun 2001 aku kuliah di STKIP Garut untuk memperoleh sarjana, atas restu orang tua juga istri tercinta, memanfaatkan sisa waktu dan tenaga, kerja di sekolah dan rumah tangga.
Tahun 2003 ikhtiarku tidak sia-sia, aku diwisuda. Sungguh, aku bahagia dan bersuka cita. Aku jadi seorang sarjana.
Tahun 2004 ada rapat. Rupanya, kepala sekolah dan teman-teman telah menyusun siasat. Aku harus mengikuti pemilihan guru berprestasi yang ketat. Aku masuk perangkap dan terjerat. Tak bisa mengelak apa lagi melompat. Tapi, aku tak mau dicap pengkhianat. Apa boleh buat, aku harus giat dan kuat. Pengumuman hasilnya membuatku tercekat, aku sulit percaya dan terperanjat. Dua kali namaku dipanggil pejabat, gelar juara itu kudapat. Ini benar-benar rakhmat. Tahun ini jadi tahun keramat, penuh mukjizat.
Tahun 2008 jadi tahun kehormatan. Selain mendapat beasiswa pendidikan, aku menerima bantuan penelitian tindakan. O, anugrah dari Tuhan. Aku bersyukur penuh kebahagiaan.
Sekarang aku kuliah lagi di Universitas Negeri Yogyakarta. Aku betul-betul bangga. Berhimpun mahasiswa Jawa dan Sunda di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Seia sekata. Ibarat The Three Muskeeters yang selalu berteriak, ”One for all, all for one!” atau ”Satu untuk semua, semua untuk satu!” katanya. Ya, pokoknya satu saudara.
Di sini kukenal seorang dosen nan rancak. Adalah penulis buku ”Semerbak Sajak”. Penampilannya begitu Cadillac. Beliau sama sekali tidak seperti pantat truk yang selalu ”Jaga Jarak”. Kuliahnya semangat selalu kocak. Kami menyimaknya dengan kompak. Sekali-sekali terbahak-bahak, ngakak. Suasana begitu hidup laksana air terjun beriak-riak. Karena itu, kami tidak merasa jadi budak, apa lagi diinjak. Terbersitlah keinginan seperti beliau: cakap, intelek, dan bijak. Kutancapkan tekad mencari dan mengikuti jejak. Semoga tercapai segala kehendak.
                                                                       
Yogyakarta, 16 Oktober 2008







SERTIFIKASI JALUR PENDIDIKAN
Kutahu jalan ini lama
Tapi kutempuh juga
Karena dengan jauhnya
Langkah lebih bermakna
                                   
Yogyakarta, September 2008


 




Sumber gambar:





HOBI
Serdadu-serdadu menyerbu
Bertumpah darah yang Satu
Dalam peperangan mahaseru

Para perwira angkat senjata
Kuda-kuda berderap menuju singgasana
Berlomba mengepung sang raja

Korban berjatuhan
Jadi pahlawan
Dielukkan atau terlupakan

Menteri tak mau kompromi
Jaga gengsi pasang aksi tak perduli
Mengatur strategi

Skak mat di depan mata
Raja tak berdaya
Raja kehilangan nyawa
Tahukah Anda hobiku yang pertama?

Laki-laki wajar kencing berdiri
Ingat, waktu kecil sekali
Menulis angka dengan air seni

Dibuat pula sepeda di tanah
Atau binatang berpuluh wajah
Lupa nasehat ibu dan ayah

Ketika remaja, khayalan makin menggila dan berkuasa
Dengan menggunakan tinta cina
Kukanvaskan wanita telanjang hingga paha:
Subur dadanya, subur rahimnya, bahkan subur birahinya (demikian Ahmad Tohari dalam ”Rumah yang Terang”) berkata.

Karena orang Islam dan kakek seorang ajengan
Semua itu disembunyikan
Jika ketahuan, maka kena dampratan,
”Jangan bikin begituan, di akhirat nanti kau harus menghidupkan!”
Tahukah Anda hobiku yang kedua?

Dengarlah Ian Antono menyayat gitar listrik
Atau Totok Tewel yang bisa meringkik
Di atas stage act bermain musik

Atau ini, pria flamboyan berjenggot bercambang
Dengan jubah dan gitar disandang
Berkhotbah sambil berdendang, ”Begadang jangan begadang!”

Dari Koes Plus, The Mercys, hingga Dewa
Dari Iwan Fals, Ebiet G. Ade, hingga Rhoma Irama
Dari Indonesia hingga Malaysia

Vokal mereka saban hari dikunyah dimamah
Diuji coba rekaman di dapur rumah
Kadang di sekolah dan pesta orang nikah

Dangdut, jazz, kasidah, tak masalah
Pop, rock, lagu daerah, pun ditadah
Semua vokal ditiru mentah-mentah
Tahukah Anda hobiku yang ketiga?
Ini dia yang terakhir sekali
Bermain kata dari hati dan naluri
Bertabur majas, rima, juga diksi

Buatlah surat cinta dengan ini
Maka bertekuk lutut puluhan bidadari
Enggan berpisah, mengantre dan menanti

Dulu pernah ikut lomba cipta
Waktu Bulan Bahasa ’92 di FKIP Unila
Lumayan dapat juara III

Sampai detik ini masih juga belum berani
Merangkai sebuah antologi
Atau sekedar berkirim ke koran pagi
Nah, masih tahukah hobiku yang keempat ini?
                       
                                    Yogyakarta, 16 Oktober 2008








PERTANYAAN ATAS PERNYATAAN
                        Catatan kecil dari Studium General di Pendopo Tejo Kusumo

Apakah engkau reinkarnasi
dari Ki Hajar Dewantara
beribu kandung Dewi Sartika
dan punya bibi R.A. Kartini?
            Apakah engkau reinkarnasi
dari Soekarno
berbapak kandung Ronggo Warsito
dan punya paman Multatuli?
Apakah engkau reinkarnasi
dari Rabindranath
berkakak kandung Amir Hamzah
dan punya adik Radja Ali Hadji?
            Kapankah segera kudapat jawaban pasti?
                                               
                                                            Yogyakarta, 17 Oktober 2008








REFLEKSI DUA SISI
Aku membeli es campur
Kudapat pula semut tercebur
            Aku membeli sayur
            Kudapat pula ulat terbujur
Aku menanam padi
Kudapat pula rumput-rumput teki
            Aku menyembah Illahi Rabbi
            Kudapat pula iblis di hati
Ah, mengapa ya, Tuhan
Kadang yang tak diinginkan
Datang merusak impian dan harapan?

                                    Yogyakarta, 18 Oktober 2008







 
PESAN HIDUP
Jadilah seperti air kali
Menyusuri alur sendiri
Menuju muara hati

Jadilah seperti api matahari
Menyala tiada henti
Menyinari alam ini
                       
                                    Yogyakarta, 18 Oktober 2008








MATADOR DALAM KIRATA BASA BUDAK BANGOR
(Rekreasi buat Ajip Rosidi)


Matador itu:

I
Mungkin berasal dari kata ’mata’ dan ’dor’
Ya, dulunya mata-mata kemudian banting stir karena takut di-dor

II
Boleh jadi berasal dari kata ’mat’ dan ’ador’
’Mat’ itu sapaan untuk laki-laki jagoan dan ’ador’ berarti berkelana

Bedanya dengan Mat Peci adalah:
Mat Peci mati karena di-dor polisi
Mat Ador mati karena kejedor banteng kheki

III
Bisa pula berasal dari kata ’Ma’ dan ’Tador’
’Ma’ itu dari kata ’mama’, panggilan takzim untuk orang yang tinggi ilmunya dan banyak mantranya
’Tador’ itu ’teu tidadalagor’ atau tidak nabrak-nabrak

Bedanya dengan Ma Erot adalah:
Ma Erot menciptakan lelaki perkasa dan diadukan dengan ’bunting’
Ma Tador tercipta sebagai lelaki perkasa dan diadukan dengan ’banteng’

IV
Yang pasti, ’mata’ ya mata dan ’dor’ ya dor
Artinya, mata harus selalu awas kalau tak mau kejedor

                                   


Yogyakarta, 18 Oktober 2008


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

This blog contains things related to education and learning. More specifically, it is closely related to Indonesian Language and Literature. You can also participate in appreciating this blog, at least by reading it, taking lessons in it, or making comments. Hopefully it will be useful for enriching insight, loving Indonesian language and literature, and advancing education in Indonesia.

Biasakan berkomentar setelah membuka atau membaca materi di blog ini. Terima kasih.

Antologi Puisi

Ironing the United States (2)

Sumber gambar: https://www.kaskus.co.id/thread/594c4961529a45e3218b4567/wanita-patung-liberty-ternyata-muslimah/ Baren ...