Free INDONESIA Cursors at www.totallyfreecursors.com

Selasa, 20 Januari 2009

MAKALAH PROBLEMATIK MORFOFONEMIK


-->


PROBLEMATIK MORFOFONEMIK
DALAM BAHASA INDONESIA
oleh
Baren Barnabas


I. PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Dalam setiap bahasa, kata memegang peranan penting dalam membangun sebuah kalimat. Demikian juga dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia dikenal berbagai bentuk kata. Jika ditinjau dari bentuknya, kata dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kata dasar dan kata turunan. Kata dasar adalah kata-kata yang belum mendapat imbuhan (afiks) (KBBI, 1997: 451). Kata dasar dapat menjadi dasar bagi pembentukan kata yang lebih kompleks. Misalnya, kata duduk dapat dipakai sebagai dasar untuk membentuk kata menduduki dan mendudukkan. Pada umumnya kata dasar berupa bentuk bebas, tanpa mengalami proses morfologis apa pun sudah mempunyai waktu mandiri dan mempunyai makna fratikal dalam kalimat, seperti kata duduk. Namun kata itu lebih lazim disebut sebagai kata dasar bebas atau morfem bebas, yaitu morfem yang secara potensial dapat berdiri sendiri dalam suatu bangun kalimat (KBBI, 1997: 665). Kata turunan pada dasarnya merupakan kata yang dibentuk melalui proses transposisi, pengimbuhan (afiksasi), pengulangan (reduplikasi/R), atau pemajemukan (komposisi).
Beberapa kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh penutur bahasa ada kalanya terdapat dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis, dan atau kesalahan logika. Salah satu kesalahan dalam tataran morfologis adalah penggunaan kata dengan morfofonemik yang tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku. Akan tetapi, penggunaan dalam masyarakat sama kuatnya, atau susah dipastikan mana yang benar dan mana yang salah sehingga menimbulkan problematik. Misalnya, adanya bentuk-bentuk mempesona dan menterjemahkan dalam pemakaian bahasa. Sesuai dengan kaidah morfofonemik, seharusnya bentuk yang benar adalah memesona dan menerjemahkan.
Adanya kesalahan berbahasa yang berkaitan dengan proses morfofonemik lebih disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Padahal, kecermatan berbahasa sangat diperlukan dalam rangka politik bahasa, yakni kecintaan terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. Meskipun tidak memengaruhi makna yang didukung, kesalahan morfofonemik jelas tidak mencerminkan ketaatan dalam berbahasa. Oleh karena itu, kaidah-kaidah morfofonemik dalam bahasa Indonesia perlu dipelajari agar kesalahan penggunaannya dapat diminimalisasi. Seberapa jauh penutur bahasa Indonesia menggunakan kata-kata yang menyimpang dari kaidah morfofonemik? Seperti apakah contoh-contoh kesalahan yang dilakukannya? Tulisan ini akan mencoba mengungkapkan beberapa bentuk menyimpang dalam bahasa Indonesia yang sering muncul dalam pemakaian, baik dalam ragam lisan maupun tulis sehingga memunculkan problematik dalam bahasa Indonesia. Selain itu, tulisan ini juga akan membahas dan meluruskan problematik tersebut dengan berlandaskan pada kaidah-kaidah morfofonemik dalam bahasa Indonesia.
B. Fokus Permasalahan
Problematik morfofonemik yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah seputar peluluhan fonem /k/, /p/, /t/, /s/ terutama terjadi jika sebuah bentuk dasar mendapatkan imbuhan meN-. Oleh karena itu, fokus permasalahan tulisan ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah kaidah morfofonemik dalam Bahasa Indonesia?
2. Bentuk-bentuk problematik morfofonemik apa sajakah yang dapat ditemukan dalam buku, majalah, atau sumber lain?
3. Bagaimanakah pemecahan problematik tersebut berdasarkan kaidah-kaidah morfofonemik?

C. Kajian Teori Morfofonemik
Sebagai upaya mengkaji serta menganalisis permasalahan tersebut, penulis merujuk pada beberapa pendapat pakar bahasa, seperti Kridalaksana, Moeliono, dan Ramlan.
Kridalaksana (2008:159) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan morfofonemik (morphophonemics) disebut juga morfofonologi (morphophonology) adalah (1) Analisis dan klasifikasi pelbagai ujud atau realisasi yang menggambarkan morfem; (2) Struktur bahasa yang menggambarkan pola fonologis dari morfem, termasuk di dalamnya penambahan, pengurangan, penggantian fonem, atau perubahan tekanan yang menentukan bangun morfem. Kridalaksana (2007:183) juga menyebutkan bahwa proses morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang terjadi karena pertemuan morfem dengan morfem. Proses morfofonemik dalam bahasa Indonesia hanya terjadi dalam pertemuan realisasi morfem dasar (morfem) dengan realisasi afiks (morfem), baik prefiks, sufiks, infiks, maupun konfiks.
Senada dengan pendapat di atas, Ramlan (2001:83) mengatakan bahwa morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain.
Di lain pihak, Moeliono et al. (1988:87) berpendapat bahwa proses berubahnya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal atau fonem yang mendahuluinya dinamakan proses morfofonemis.
Jadi, berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa proses morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang terjadi karena pertemuan morfem dengan morfem, mempelajari perubahan-perubahan fonem menjadi fonem lain yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain.

II. PEMBAHASAN
A. Teori tentang Afiks
Menurut Kridalaksana, pertemuan afiks dengan kata akan mengakibatkan penambahan, pengurangan, penggantian fonem atau perubahan tekanan.
Menurut Kridalaksana, ada tujuh jenis afiks bahasa Indonesia, yaitu:
a. Prefiks, yaitu afiks yang diletakkan di muka dasar. Contohnya: meN-, di-, ber-, ke-, ter-, pen-, per-, se-.
b. Infiks, yaitu afiks yang diletakkan di dalam dasar. Contohnya –el-, -er-, dan, -em-.
2. Sufiks, yaitu afiks yang diletakkan di belakang dasar. Contohnya –an, -kan, -i.
3. Simulfiks, yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang dileburkan pada dasar.
4. Konfiks, yaitu afiks yang terdiri dari dua unsur, satu di muka bentuk dasar dan satu di belakang bentuk dasar, dan berfungsi sebagai satu morfem terbagi. Contohnya: ke-an, peN-an, per-an, dan ber-an
6. Superfiks atau suprafiks, yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri suprasegmental atau afiks yang berhubungan dengan morfem supragegmental. Dalam bahasa Indonesia jenis afiks ini tidak ada.
7. Kombinasi afiks, yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung dengan dasar. Afiks ini ciri-cirinya mempunyai bentuk dan makna gramatikal tersendiri.
Pembagian serupa diterangkan dalam Tata bahasa baku Bahasa Indonesia. Di dalam buku ini afiks dibagi menjadi empat. Proses dan macamnya dapat dilihat di bawah ini.









Input


Proses


Output







B. Kaidah Morfofonemik dalam Bahasa Indonesia
Sesuai dengan fokus permasalahan, kaidah morfofonemik pada bagian ini dibatasi pada penggabungan prefis meN-. Pada bagian inilah sering dijumpai problematika peluluhan fonem /k, p, t, s/.
Kaidah morfofonemik morfem afiks meN- ada delapan, yaitu:
1. Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /k/,/g/, /h/, atau /x/ bentuk meN- berubah menjadi meng-.
Contoh : meN + ambil mengambil
meN + garap menggarap
2. Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /l/, /m/, /n/, /Å‹/, /r/, /y/, atau /w/ bentuk meN- berubah menjadi me-.
Contoh : meN + latih melatih
meN + namai menamai
3. Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /d/ atau /t/ bentuk meN- berubah menjadi men-.
Contoh: meN + datangkan mendatangkan
meN + tuduh menuduh
4. Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /b/, /p/, atau /f/ bentuk meN- berubah menjadi mem-.
Contoh: meN + babat membabat
meN + fitnah memfitnah
5. Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /c/, /j/, /s/ bentuk meN- berubah menjadi meny-.
Contoh : meN + satukan menyatukan
meN + jatuhkan menjatuhkan
6. Jika ditambahkan pada dasar yang bersuku satu bentuk meN- berubah menjadi menge-.
Contoh : meN + tik mengetik
meN + las mengelas
7. Kata-kata yang berasal dari bahasa asing diperlakukan berbeda-beda, bergantung pada frekuensi dan lamanya kata tersebut telah kita pakai. Jika dirasakan masih relatif baru, proses peluluhan di atas tidak berlaku. Kecocokan artikulasi juga harus diperhatikan
Contoh : meN + produksi memproduksi
meN + proses memroses
8. Jika verba yang berdasar tunggal direduplakisan, dasarnya diulang dengan mempertahankan peluluhan konsonan pertamanya
Contoh: tulis menulisi menulis-nulis
karang mengarang karang-mengarang

Mengingat fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia yang begitu penting, sudah selayaknyalah digunakan dengan baik dan benar. Hal ini sesuai dengan anjuran pemerintah yang sering kita dengar, yaitu supaya berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Baik artinya sesuai dengan situasi. Benar artinya menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku dalam praktik-praktik berbahasa. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan sangat mendukung efektivitas komunikasi. Dengan demikian, fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dapat terwujud.
Dalam hal menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar bergantung kepada kualitas penutur dalam memahami kaidah dan kepekaannya menganalisis situasi. Dalam hal memahami kaidah, penutur perlu membaca teori kebahasaan, termasuk contoh-contoh penggunaan yang menyimpang dari kaidah. Kaidah morfofonemik bahasa Indonesia telah dipaparkan di atas. Namun, di dalam pemakaian bahasa sering dijumpai kata-kata yang menyimpang dari kaidah. Berikut dipaparkan beberapa contoh penyimpangan kaidah morfofonemik dalam bahasa Indonesia yang penulis dapatkan dari berbagai sumber teks, seperti buku rujukan mata kuliah, buku pengetahuan umum, novel, dan majalah.
C. Problematik Morfofonemik dalam Bahasa Indonesia, Pemecahan, dan Pembahasannya
1. Poblematik peluluhan fonem /k/
Contoh dalam teks:
a. Lalu kami mulai bekerja menciptakan program sepuluh hari yang mengombinasikan penumbuhan rasa percaya diri, keterampilan belajar, dan kemampuan berkomunikasi dalam suatu lingkungan yang menyenangkan. (DePorter dan Hernacki, Quantum Learning, hlm. 4).
b. Rhoma Irama pada awal karier musiknya sering mengkombinasikan rock dengan dangdut.
c. Namun aku beralasan bahwa perutku mual-mual karena terlalu banyak mengonsumsi buah jambu di kebun bersama Fadli dan Husain waktu mencari ranting-ranting pohon untuk bahan kayu bakar. (Achmad, Kabut Kelam di Puncak Barnabas, hlm. 142-143).
d. Penduduk miskin di daerah terpencil sering mengkonsumsi nasi aking.
e. Melalui tindak berbahasa, seseorang mengonstruksi seperti apa sebenarnya dirinya sendiri. (Eko dan Dian, Dialog: Bahasa Bukan Sekedar Alat Komunikasi, Majalah Gerbang hlm. 20).
f. Bagaimana proses mengkonstruksi pengetahuan yang dilakukan oleh setiap subjek itu? (TN, Kurikulum dan Pembelajaran, hlm. 173).
g. Mengambinghitamkan = mempersalahkan; memperlihatkan kesalahan. (Poerwadarminta, KUBI, hlm. 514).
h. Tidak baik mengkambinghitamkan orang lain.
i. Sepatunya mengkilap karena sering disemir.
j. Kaca mobil itu mengilap setelah dibersihkan dari debu dan kotoran lainnya.
Dalam kaidah morfofonemik, fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi /Å‹/ apa bila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /k, g, x, h, dan vokal/. Jadi, bentuk mengkombinasikan, mengkonsumsi, mengkonstruksi, mengkambinghitamkan, mengkilap, adalah bentuk yang salah. Bentuk yang benarnya adalah mengombinasikan, mengonsumsi, mengonstruksi, mengambinghitamkan, mengilap.
2. Problematik peluluhan fonem /p/
Contoh dalam teks:
a. Cinta yang suci akan mengibarkan panji-panji kesetiaan yang abadi, sedangkan cinta yang palsu akan memporak-porandakan istana kedamaian tanpa malu. (Hakimah, Antara Mimpi dan Impian, hlm. 156).
b. Hanya dengan memperkenalkan perubahan lingkungan, ia mampu mempengaruhi perubahan ini, …. (DePorter dan Hernacki, Quantum Learning, hlm. 80).
c. Sangat menolong untuk mencatat bila Anda tidak sependapat dengan pembicara atau tidak mempercayai apa yang dibicarakannya. (DePorter dan Hernacki, Quantum Learning, hlm. 174).
d. … dia sanggup meluluhkan hatiku. Aku memercayainya. (Idawati, Perempuan Kedua, hlm. 67).
e. Orang Islam tidak diperbolehkan memercayai ramalan, namun ingin rasanya mengenang mimpi Mahar bertahun-tahun yang lalu di gua gambar tentang kehancuran sebuah kekuatan besar di Belitong. (Hirata, Laskar Pelangi, hlm. 482).
f. Tiada siul burung yang bersuara dan tiada tangkai bunga mekar memesona yang terlihat. (Achmad, Kabut Kelam di Puncak Barnabas, hlm. 108).
g. Dia bukan lelaki yang memesonaku dengan keberanian untuk berjuang mendapatkan apa yang dia inginkan. (Idawati, Perempuan Kedua, hlm. 53).
h. Tapi, sosok tubuh yang duduk ber-tahiyat di pojok, seperti magnet yang menarik matanya untuk memerhatikan. (Idawati, Perempuan Kedua, hlm. 155).
i. … walaupun sepertinya seorang siswa memerhatikan dengan seksama sambil mengangguk-anggukkan kepala, maka belum tentu yang bersangkutan belajar. (TN, Kurikulum dan Pembelajaran, hlm. 165).
j. Ia menoleh ke kiri dan kanan, seakan takut ada yang memerhatikan dan mencuri idenya. (Hirata, Laskar Pelangi, hlm. 79).
k. Bagi orang lain yang bisa dengan gampang melupakan semuanya, perjalanan yang kita lalui dalam hidup ini, tidak akan memengaruhinya. (Idawati, Perempuan Kedua, hlm. 108).
l. Guru sedang memperagakan deklamasi puisi.
m. Mereka mengenakan dan memeragakan busana karya seorang perancang mode.
n. Para politikus seharusnya memperjuangkan nasib rakyat.
o. Di masa lalu, banyak aktivis yang dicekal karena memerjuangkan nasib rakyat.
Menurut kaidah, awalan meN- akan berubah menjadi mem- jika melekat pada bentuk dasar yang berawal dengan fonem /p/. Beberapa contoh kata dalam kalimat di atas yang morfofonemiknya sudah tepat adalah memperkenalkan (meNper-kan + kenal), memercayai (meN—i + percaya), memesona (meN- + pesona), memengaruhi (meN-i + pengaruh). Sesuai dengan kaidah tersebut, bentuk yang benar dari meN-kan + porak poranda adalah memorakporandakan; meNper-kan + hati adalah memperhatikan; demikian juga meNper-kan + juang dan raga adalah memperjuangkan dan memperagakan.
Perlu diketahui bahwa per pada percayai, perkarakan, perkosa bukanlah imbuhan. Jika bentukan yang akan dihasilkan itu disesuaikan dengan kaidah morfofonemik, seharusnya bentukan itu menjadi memercayai, memerkarakan, memerkosa. (Tim Redaksi Lembar Komunikasi, Buku Praktis Bahasa Indonesia, hlm. 10).
3. Problematik peluluhan fonem /t/
Contoh dalam teks:
a. Hatiku mendesah-desah seolah ada beban yang tertumpuk di atasnya. Aku ingin menerjemahkannya. (Achmad, Kabut Kelam di Puncak Barnabas, hlm. 143).
b. Ia sering membuat permainan dan mendesain visualisasi guna menerjemahkan rumusan geometris pada tingkat kesulitan yang sangat tinggi. (Hirata, Laskar Pelangi, hlm. 114).
c. Dalam penerjemahan buku ini, sengaja digunakan transliterasi terhadap teks, kosa kata dan nama-nama yang berasal dari Arab …. (Nakosteen, Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat, hlm. v).
d. Sekarang, Roe memakluminya. Dan bisa dengan mulut lebar menertawakan keterlibatannya dengan Faisal. (Idawati, Perempuan Kedua, hlm. 101-102).
e. Para guru di sekolah itu menargetkan kelulusan 100% bagi siswa yang mengikuti Ujian Nasional.
f. Pasukan marinir sedang berlatih mentorpedo kapal musuh.
g. Ia tidak mentolelir alasan yang dikemukakan temannya dalam diskusi itu.
Dalam kaidah morfofonemik, fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi fonem /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /t, d, s/. Jadi, bentuk menerjemahkannya, menerjemahkan, penerjemahan. menargetkan sudah sesuai dengan kaidah morfofonemik. Sedangkan bentuk menertawakan seharusnya mentertawakan karena ter- pada tertawa merupakan afiks sehingga tidak luluh. Adapun bentuk mentorpedo, mentolelir seharusnya menorpedo dan menolelir, sama halnya dengan menargetkan.

4. Problematik peluluhan fonem /s/
Contoh dalam teks:
a. Torro Margens sering mensutradarai film-film horor.
b. Masyarakat dimohon ikut mensukseskan pilbup di daerahnya masing-masing.
c. Pemerintah SBY bertekad akan mensejahterakan rakyat.
d. Insinyur itu telah mensurvey lahan yang akan dibangun.
Seperti telah dikemukakan di atas, dalam kaidah morfofonemik, fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi fonem /ň/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /s/. Kecuali bila fonem /s/ mengawali morfem dasar yang berasal dari bahasa asing, /s/-nya tidak luluh tetapi muncul fonrm /n/. Jadi, bentuk mensukseskan, mensurvey sudah sesuai (Ramlan, 2001:85-87) karena sukses dan survey berasal dari bahasa asing (Inggris). Namun, patut dipertimbangkan bahwa walaupun kata sukses dan survey berasal dari bahasa asing, sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi telinga orang Indonesia harena kata-kata tersebut sudah seperti bahasa sendiri, tidak terasa asingnya, sehingga sering kita dengar kata menyukseskan atau nyukseskeun (Sunda) dan menyurvey atau nyurvey (Sunda, Jawa, Betawi, dll.). Dengan demikian, bentuk menyukseskan dan menyurvey lebih berterima di masyarakat.
Akan tetapi, bentuk mensutradarai, mensejahterakan seharusnya menyutradarai, menyejahterakan karena kata sutradara dan sejahtera bukan berasal dari bahasa asing.

III. PENUTUP
A. Simpulan
Bila menyimak uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ketidakcermatan pemakaian bahasa dalam berkomunikasi menimbulkan kesalahan berbahasa. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya pemahaman terhadap kaidah morfofonemik yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Hal ini menimbulkan problematik sehingga perlu pelurusan dan pemecahan yang didasarkan pada kaidah-kaidah morfofonemik. Jika tidak, kesalahan tersebut akan berlangsung langgeng dan meluas di kalangan pemakai bahasa.
B. Saran
Para ahli bahasa sebaiknya sering mengadakan penyuluhan, baik secara langsung dalam tatap muka, maupun melalui media massa, cetak dan atau elektronik. Para pendidik di jenjang mana pun seyogianya menguasai kaidah-kaidah morfofonemik dan mengenalkannya kepada para siswanya dalam bentuk pemodelan atau contoh pemakaiannya ketika ia berbicara atau menulis. Tumbuhkan dalam pribadi mereka untuk memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Para pemakai bahasa atau penutur perlu memahami kaidah-kaidah morfofonemik bahasa Indonesia supaya bisa menggunakan bentuk kata secara tepat sehingga tidak dijumpai lagi kesalahan-kesalahan yang problematik.


DAFTAR PUSTAKA


Achmad, Ilham. 2008. Kabut Kelam di Puncak Barnabas. Makassar: Sibua Baca.
Depdikbud. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
DePorter, Bobby dan Hernacki, Mike. 2005. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
Eko dan Dian. 2003. Dialog: Bahasa Bukan Sekedar Alat Komunikasi. Majalah Pendidikan ”Gerbang” Edisi 4 Th. III Oktober. Yogyakarta: LP3 UMY.
Hakimah, M. Abu. 2007. Antara Mimpi dan Impian: Memoar Luka Cinta. Blora: Nuqthoh.
Hirata, Andrea.2008. Laskar Pelangi. Yogyakarta: Bentang.
Idawati, Evi. 2005. Perempuan Kedua. Yogyakarta: Pilar Media.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukkan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
______________. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Moeliono, Anton et al. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Nekosteen, Mehdi. 2003. Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat: Deskripsi Analisis Abad Keemasan Islam. Terjemahan Joko S. Kohhar dan Supriyanto Abdulah. Surabaya: Risalah Gusti.
Ramlan, M. 2001. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono.
Tim Redaksi Lembar Komunikasi 1996-2002. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
TN. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Putra Bhakti Mandiri.


 
Sumber Gambar:
https://www.goodreads.com/book/show/1789771.Pembentukan_Kata_dalam_Bahasa_Indonesia

Sumber Gambar:
https://www.tokopedia.com/dianterang/tata-bahasa-baku-bahasa-indonesia-edisi-pertama-cetakan-kedua-1988


Sumber Gambar:
https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&ved=2ahUKEwjXgpaFgdTgAhUGs48KHfNUB34Qjhx6BAgBEAM&url=https%3A%2F%2Fwww.bukalapak.com%2Fp%2Fhobi-koleksi%2Fbuku%2Fbahasa%2F82fhja-jual-morfologi-bahasa-ramlan&psig=AOvVaw1-cIbMXvGX38d-O7Knumq5&ust=1551085204489283

REKREASI PUISI: Bioteknologi, Memo untuk Memo, Menjelang UN, Guru, ASI, Maulid Nabi, Kepada Tikus-tikus Politikus, Sertifikasi Jalur Pendidikan, Sesungguhnya Cinta, dan Illegal Logging


-->
BIOTEKNOLOGI

Ada seorang prefesor
Prefesor tersohor
Tersohor jenius tak pernah teledor.

Usia prefesor 60 tahun sudah
Sudah tua, tapi belum pernah nikah
Nikah dengan gadis berwajah ”wah”
Karena ia sendiri cuma berwajah ”hah”.

Aduh-aduh, profesor kakek
Wajah jelek, tapi otak intelek
Mengharap istri berwajah molek
Biar enak untuk dicolek
Tiap malam ketika melek.

Pucuk dicita ulam pun tiba
Seorang gadis muda belia
Dengan wajah cantik jelita
Datang jauh dari desa
Mencari kerja ke kota
Menjadi pembantu rumah tangga
Karena SD hanya sampai kelas dua
Bodoh? Ah, jangan ditanya.

”Nah, kebetulan sekali
Aku tak punya pembantu di sini
Sekalian kulamar kau jadi istri
Karena aku tak kuat lagi hidup sendiri
Aku inginkan regenerasi.”
Demikian profesor berkata berseri-seri.

Ia berhitung merumus berkali-kali,
”Ini kesempatan eksperimen bioteknologi
Anak-anakku ’kan lahir nanti
Tentu tampan atau cantik, jenius lagi
Perpaduan yang sempurna sekali.”
Katanya dalam hati.

Gadis bodoh tapi cantik
Tak menampik lamaran profesor jenius tapi jelek
Sungguh peristiwa menarik
Meski penuh dengan ejek.

9 ½ bulan lamanya
Lahirlah putri pertama
Tumbuh cepat full gizi laksana
Tak terasa kini menjelang dewasa.

Dengan tidak disangka-sangka
Eksperimen tak terbukti nyata
Wajah anak jelek mirip bapaknya
Intelegensi bodoh mirip ibunya

Teori terbalik salah siapa?

Cikajang, 8 November 2007



-->
MEMO UNTUK MEMO

Akhirnya
Tampaklah kepada kita
Cacar di muka siapa
Pantat tunjukkan sendiri korengnya

Putra Mahkota
Yang dulu ditandu dielukan
Kini dibuang di comberan
Tiada sapa
Lenyap hormat mulia
Hilang takzim seketika

O, Garut Kota Intan
Kini penuh coretan
Menghujat Sang Panutan
Yang hidup cukup dengan slogan

Ah, Garut pangirut jadi cemberut
Diperdaya anak emasnya
Kado Adipura nyatanya berlumur tahi kuda

Hendak ke mana kami kaubawa,
Ke mercusuar telantar
Atau surga dalam igauan belaka?

Sungguhpun kebohongan dikemas dalam kotak mas
Nurani ‘kan tetap awas
Awas, cermin yang diretakkan ‘kan utuh kembali
Memfilmkan tiap bayangan jadi sejati

Akhirnya
Tampaklah kepada kita
Semuanya, ya, segalanya.

Garut, 5 Agustus 2007



-->
MENJELANG UN

Aduh, jantungku keras berdenyut
Takut

Aduh, mataku tak bisa terpejam
Seram

Aduh, aku terus deg-degan
Lima hari lagi murid-muridku ujian

Aku takut nilai-nilai mereka tak bagus
Aku seram jika mereka tak lulus
Mimpi buruk menghantuiku terus-menerus!

Cikajang, 1 Mei 2008



 -->
GURU

Guru adalah teladan
Menguasai pelajaran
Menyampaikan kebenaran

Guru adalah panutan
Sikap dan bicaranya sopan
Selalu menyenangkan

Guru adalah pahlawan
Siap dan rela berkorban
Mendidik para siswa demi masa depan

Guru adalah orang tua kedua
Mengajar, melatih para siswa
Penuh cinta bersahaja

Guru adalah abdi negara
Giat dan gigih berusaha
Mencerdaskan bangsa

Guru adalah arsitek manusia
Mencetak generasi muda
Takwa berakhlak mulia

Guru ibarat peragawati atau peragawan
Penampilan dan senyumannya menawan
Tidak menyebalkan

Guru bukan hantu gentayangan
Yang menakutkan atau menyeramkan

Guru bukan preman terminal atau pasar
Yang binal, kasar, atau kurang ajar.

Cikajang, 2 Mei 2008



-->
ASI

Karena susu
Anak lebih dekat dengan ibu

Karena susu
Beda ayah dengan ibu

Karena susu
Ibu jadi nomor satu

Karena susu
Aku tahu ibu menyayangiku.

Cikajang, 28 Mei 2008




Sunber: https://imggram.net/hashtag/salafussholeh
Sumber: https://eps-zp.com/nabi-muhammad-wallpaper.html#

-->

MAULID NABI

Gulita dunia
Manusia dalam kesesatan nyata
Bergelak syetan dalam tawa
Menebar dosa, menyebar bencana
Menantang Tuhan murka

Tiada cahaya
Segala hidup dalam buta
Hukum tegak tak kuasa
Manusia di ambang bahaya
Neraka jahanam mengangga

Tuhan Mahatahu tunjukkan kuasa-Nya
Ia utus seorang anak manusia
Menjadi Rasul tercinta
Wahai, Sang Penyelamat telah tiba
Memberi kabar gembira

Cahaya dari kiblat menyemburat
Membawa amanat beserta rahmat
Hanya engkaulah, ya, Muhammad
Kekasih Allah, kekasih umat
Kami tiada ragu bersyahadat
Karena engkaulah pemberi syafa’at

Dunia terang-benderang
Malam purnama raya
Cahaya di atas cahaya
Manusia terbuka matanya

Ya, Nabi
Ya, Rasul
Ya, Muhammad
Salam untukmu!

Dua tanda mata engkau bawa
Alqur’an dan hadis
Menjadi pedoman umat manusia
Menjadi benteng dari bisikan iblis

Mari hidup dengan Islam
Mari hidup dalam keselamatan
Meniti jalan menuju rida Tuhan.




Sumber: https://www.scribd.com/doc/86859329/Indonesia-for-Sale-Full

-->
KEPADA TIKUS-TIKUS POLITIKUS

Ku tak mengharapmu
membujukku
karena kutahu
kau hanyalah perayu

Ku tak menginginkanmu
kembali padaku
karena kutahu
kau hanyalah penipu

Ku tak menghendakimu
memimpinku
karena kutahu
kau seorang yang dungu

Cikajang, Selasa 17 Juni 2008, pukul 00.52



-->
SERTIFIKASI JALUR PENDIDIKAN

Kutahu jalan ini lama
Tapi kutempuh juga
Karena dengan jauhnya
Langkah lebih bermakna

Yogyakarta, 10 September 2008


Sumber: http://ivhenx.blogspot.com/2007/08/

-->
SESUNGGUHNYA CINTA

Katamu cinta itu buta.
Tidak, kataku. Cinta itu bermata:
Ia lihat rupa, harta, takhta, kuasa, budi bahasa, tata krama, isi kepala, gaya, kerja, jasa, orang tua, agama….

Katamu cinta itu kejam.
Tidak, kataku. Cinta itu sopan:
Ia hargai rambu pada pandangan, tatapan, kerlingan, senyuman, sunggingan, sentuhan, ucapan, ajakan, perasaan, perjanjian….

Katamu cinta itu ambigu.
Tidak, kataku. Cinta itu jelas:
Ia mengalun dalam napas, mengukir dalam kertas, membisik tegas, menyelinap dengan cerdas, melambai di atas, menunggu di batas, menancap dengan keras….

Katamu cinta itu tidak harus memiliki.
Tidak, kataku. Karena cinta beda dengan suka:
Cinta itu harus memiliki, saling memiliki, saling memberi, saling menasehati, saling mengasihi, saling melindungi, saling menjaga hati….

Katamu cinta itu gombal.
Tidak, kataku. Cinta itu jujur:
Lahir dari tafakur, terukur, bertutur, menegur, bukan cuma bunga tidur….

Katamu cinta itu kotor.
Tidak, kataku. Cinta itu suci:
Bersemayam di hati, dua sejoli, penyatuan hakiki, karunia Illahi!

Garut, 12 Desember 2008



-->
ILLEGAL LOGGING

Hutan gemulai
tinggal tangkai-tangkai
bangkai
di tanah landai
kusut masai

Garut, 9 November 2008
Hasil gambar untuk illegal logging


Sumber: https://www.illegal-logging.info/


Antologi Puisi

Ironing the United States (2)

Sumber gambar: https://www.kaskus.co.id/thread/594c4961529a45e3218b4567/wanita-patung-liberty-ternyata-muslimah/ Baren ...