Sebuah biji tumbuh
jadi kecambah
meninggi tubuh
daun bertambah
O, pohon nan rimbun
kau dan aku tertegun
saling lihat dan tersenyum
terkagum-kagum
Di bawah rindangnya
kita berteduh
antara sejuknya
keringlah peluh
Di puncak pohon
burung bersarang
seraya memohon
hidupnya ‘kan tenang
Saat raja siang datang
kawanan kalong bertandang
bergelantungan pada cabang
melepas lelah usai berjuang
Beberapa langkah ke lembah
mata air terpancar berlimpah
jadi selokan, jadi sungai
sumber hidup nan permai
Ikan berlomba dari hulu
dalam jernih air mengalir
mengalun menghilir
muara cita dituju
Sebuah biji hanyut
terdampar di tengah delta
ketika sungai surut
tumbuh setelah sekian lama
Kalong yang menebar biji itu
bermimpi dalam tidurnya
kelak buyut-piutnya
bermain di pohon itu
Dan rimbun daun bertambah lagi
dan burung-burung riuh bernyanyi
dan mata air terpancar kembali
dan ikan-ikan asyik menari
Angin mendesau, air tak kenal kemarau...
Burung berkicau, ikan bersenda gurau....
Di bawah rimbunnya, lirih kau berkata,
“Sungguh dunia ini indah
jika harmonis antarmakhluknya,
hidup secara alamiah...”
“Mereka bebas hidup
juga tentukan pilihan
semangat tak pernah redup
berjuang demi kebahagiaan...”
“Satu tak mengganggu lainnya
selama masih bisa, tetap bersama
alam yang merdeka lindungi mereka
hak asasi penghuni semesta”
Aku mengangguk, tersenyum padamu
sejuk tereguk, kucium keningmu
Garut, 30 Maret 2021